Sabtu, 01 Oktober 2011

PERKENALAN

         Pagi itu pagi yang syahdu, suara saxofon dan piano mengalun perlahan membawaku kedalam nuasa alam surgawi. Aku seorang anak perempuan yang duduk diapit oleh ayah dan ibuku, dan ditemani oleh kedua kakak lelakiku. Kami mulai menyanyikan sebuah pujian dengan syahdu, dan mulailah terdapat titik air dimataku, bukan, bukan karna terharu. Aku mengantuk. Aku memang suka sekali tidur larut malam.
         Dalam setiap prosesi aku manjalankan semuanya tanpa tertidur. Puji Tuhan. Terlihat diujung ibuku sibuk membangunkan kakakku yang kurang lebih sama sepertiku, mengantuk. Entah apa yang membuat kami terlihat begitu tidak sopannya kepada Sang Pencipta, terliat acuh dan seperti tidak menghargai. Kami memang dipaksa untuk mengikuti Ibadah pagi oleh kedua orang tua kami. Bukan, ini bukan salah mereka juga, dalam keluargaku kami memang memiliki tradisi untuk bersama-sama beribadah minimal sekali dalam sebulan, dan sebagai anak mereka kami telah menyetujui tradisi ini. Sebenarnya ibadah pagi tidak rugi juga, kami bisa melakukan kegiatan kami setelahnya.
         Kami mendengar khotbah berkumandang, mengalun-alun seperti mengajak mata kami untuk merapat, menjadi satu garis yang simetris. Dengan sigapnya ibuku memberikan sebuah permen kepadaku sambil berbisik "Makan ini, biar tidak mengantuk, dan kamu bisa mendengarkan apa yang Pendeta katakan. Kalau ada yang tidak kamu pahami, tanya sama mama dan papa ya". Ibadah pagi memang identik dengan bahasa daerah, saya mengerti, hanya saja dalam bahasa batak terdapat banyak kata-kata kiasan dan cerderung bermakna ambigu, sehingga dengan penuh kerendahan hati apabila orang tuaku melihat aku tidak tertawa ketika Pendeta memberitakan sesuatu yang lucu mereka dengan sabarnya akan memberi tahukan artinya.
         Ibadah berlangsung kurang lebih sekitar dua jam. Ketika ibadah selesai, aku langsung mengambil jalan pintas untuk keluar dari gedung ini, aku mengambil jalan melalui pintu samping. Aku sudah tiba terlebih dahulu di depan pintu utama, dengan tatapan tajam aku berusaha meneroboskan pandanganku untuk mencari-cari wajah orang tuaku, dan sayangnya tidak ditemukan. Aku mengambil keputusan untuk menyingkir dan menunggu dipinggir, sehingga tidak mengganggu perjalanan orang lain. Tanpa sadar aku membentur bahkan hampir menjatuhkan bawaan seseorang. "sorry ya" kataku tanpa melihat wajahnya sedikitpun, dengan sabarnya dia menjawab "ga papa kok". Suaranya menggetarkan sanubariku, dengan malu-malu kulirik wajahnya dan ternyata dia juga melirikku. Dia tersenyum, tersenyum padaku dan berkata "selamat hari minggu" sambil menjulurkan tangan kanannya untuk menjabat tanganku. "ya, selamat hari minggu juga" kuraih tangannya dan kami berjabat tangan.
         Seperti itulah perkenalan kami, hanya dalam samar-samar ku mengingat deruan suaranya. Hanya dalam terpejam ku bisa melihat wajahnya dengan sempurna. Hanya dengan menggengam tanganku ku bisa merasakan lekukkan tangannya, tangan yang besar, tidak terlalu halus dan hangat. Hanya itu.
dibuat dalam rangka #15harimenulisdiblog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar