Selalu ada dia diantara aku dan kamu, selalu kamu dahulukan dia daripada aku. Mungkin aku cemburu, amat cemburu lebih tepatnya. Aku pribadi yang tidak bisa bilang 'aku sedang sedih nih, temani aku untuk menghilangkan kesedihanku' aku hanyalah pribadi yang bisa bilang 'aku baik-baik saja kok' kemudian hanya menangis sendirian. Beda sekali dengan dia, dia pribadi yang mampu mengatakan apa yang dirasakannya, dia pribadi yang mampu mengeluarkan apa yang benar-benar dia rasakan. Aku terbakar api cemburu!
Aku senang melihatmu berada disampingku, tanpa solusi ataupun jalan keluar, hanya berada disampingku saja, sangat memberi aku kekuatan untuk bangkit. Terlalu berliku kode yang kuberi, selalu ada kata ada apa-apa di balik kata ketidak mengapaanku. Perasaan selalu tak ingin membagikan penderitaan kepadamu membuat aku harus terus tersenyun dikala sedih. Sampai suatu ketika mukin kau letih padaku. dan mulai berargumen mengenai kehidupan hubungan kita.
"kamu ngerasa ga si kita kayak jalan ditempat, malah mungkin mundur?"
"maksud kamu?"
"iya, hubungan ini tuh kayak ngendap gitu aja, gak lancar, ga jalan. malah kelitan mengendap dan menghalangi jalan yang lain"
"coba kamu jelasin lebih sederhana?"
"ya gitu, stuck!"
"udah ga cocok, maksudnya??"
*hening*... "kurang lebih"
"kamu maunya putus atau break?"
"kalo kamu?"
"aku ga ngerasa ada apa-apa, tapi hubungan ini kan hubungan dua orang, kalo kamunya ngerasa udah ga bisa diterusin kenapa aku harus berjuang sendirian?"
"kita break aja dulu, introspeksi..."
"mending kita udahan, aku liat gelagat kamu maunya menuju kesana"
"okay fine! kita putus, mudah-mudahan kamu ketemu laki-laki yang lebih baik dari aku"
"kamu juga"
tut ... tut... tut....
Hari berikutnya aku sudah mendapati kabar mengenai kamu yang sudah bersama dengan wanita lain. aku hanya bisa tersenyum miris dan mengguman "ada baiknya kita putus, dari pada break nantinya kamu malah terlihat memiliki selingan, bahagia dengannya ya"
Aku sudah bisa mengira, lagi-lagi dia yang bisa memenuhi hatimu. Memang hanya dia.
*nada dering panggilan*
"hai, kamu apa kabar?"
"baik"
"lagi dimana? dirumah?"
"iya dirumah, ada apa"
"maaf"
"buat?"
"kamu pasti udah tahu mengenai aku 4 bulan kebelakang ini" katanya lemah
"iya, tau. kamu bahagia kan?"
"aku diselingkuhin sama dia, dia ga bisa setia sama satu cowo"
hening... dia berbicara lagi...
"kamu mau maafin aku?"
"udah, dari mulai aku tahu soal kamu sama dia. Harusnya kamu lebih bahagia kan?"
"ga, kamu jauh jauhhhh lebih baik dari dia, maafin aku"
"telat, aku ga akan sering ketemu kamu nantinya...."
"emang kamu mau kemana?"
"aku udah belajar beradaptasi jauh dari kamu, dan ternyata itu mudah, aku menyadari dari dulu memang kamu jarang berada dideket aku. Aku udah bisa beradaptasi dan sadar akan itu, maaf aku ga bisa...bahagia disana ya"
aku melihat dia menangis, menangis? seperti menangisi aku?
Beradaptasilah dengan aku yang akan selalu mengamatimu dari jauh, dari alam yang sudah berbeda. Bahagia disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar