Jumat, 30 September 2011

Malam Mimggu Kelabu Rasa Abu-abu

Ini memang bukan malam minggu. Ya, tidak ada salahnya kan saya menulis mengenai malam minggu. Malam untuk seorang yang memiliki pasangan (cukup miris menulisknannya). Saya sebagai individu yang sangat amat jarang menghabiskan waktu malam minggu bersama dengan seorang kekasih ataupun 'gebetan' *sebutan untuk calon atau seseorang yang mungkin akan menjadi penyemangat hidup, dalam hal ini adalah pacar*
Malam minggu kelabu rasa abu-abu, ya memang kata yang pas untuk menggambarkan malam minggu saya, tidak gelap, tidak terang. tidak hitam, maupun putih. Hanya abu-abu. Bagaikan seorang yang rabun dan mengapai-gapai dalam situasi yang mulai redup, seperti itulah gambaran malam minggu saya.
Malam minggu terlihat sebagai momok menurut saya, dan saya selalu mengalihkannya dengan mengatakan 'ini sabtu malam, bukan malam minggu'. Begitu kelabu, sehingga membuat saya lupa akan makna cinta yang sebenarnya. Cinta yang seharusnya tulus, cinta yang seharusnya tidak memaksa, seperti cinta Yang Maha Esa terhadap ciptaan-Nya, Cinta yang diibaratkan ialah cinta Agave, cinta yang ditunjukkan oleh Pencipta terhadap ciptaannya, dan harusnya cinta itu seperti cinta tanpa syarat. 
Malam mingguku tidak selalu sendiri, hanya saja hati ini tetap sendiri. Diam. Dingin. Tanpa guratan sedih maupun percikan kembang api sukacita. Menurutku, malam minggu ialah waktuku berbagi dengan tulisanku, waktuku bermanja dengan riasan warna pada page-ku, waktuku berbagi dengan reality show di televisi, ya. sangat kelabu bukan? 
seperti itulah malam mingguku. kelabu. #halahcurhat


Inilah curhatan mengenai malam minggu yang benar-benar dibuat ya untuk sekedar mengisi waktu senggang saya dan dalam rangka #15harimenulisdiblog yang diselengarakan oleh @hurufkecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar